Brussels Motor Show 2025: Inovasi dan Tren Otomotif Terbaru, Fokus pada Kendaraan Listrik dan Merek China

Ajang Brussels Motor Show yang ke-101 resmi dibuka pada Jumat (10/1) dan akan berlangsung hingga 19 Januari di Brussels Expo. Pameran otomotif ini menawarkan kesempatan bagi para penggemar mobil untuk menjelajahi inovasi terbaru dan tren terkini di industri otomotif. Fokus utama pameran tahun ini adalah keberagaman jenis mesin dan upaya untuk meningkatkan aksesibilitas kendaraan listrik (EV). Pameran kali ini mencatatkan rekor dengan diikutinya oleh 63 merek mobil yang mencakup 90 persen pasar otomotif Belgia.

Berbagai merek mobil asal China menjadi sorotan utama di acara ini, di antaranya Leapmotor, Maxus, BAIC, BYD, Hongqi, Xpeng, dan Omoda. Pameran ini memperkenalkan sejumlah produk baru, termasuk tujuh produk yang hadir perdana di dunia, 14 produk perdana di Eropa, dan 63 produk pertama di Belgia. Hal ini memberikan pilihan lebih banyak bagi konsumen Eropa, terutama yang tertarik pada kendaraan listrik dan hybrid.

Chery Automobile, produsen mobil asal China, menampilkan model Omoda-5 dan Jaecoo-7 yang pertama kali diperkenalkan di pasar Eropa, menegaskan komitmennya terhadap perkembangan pasar Eropa. Sementara itu, distributor Belgia, Hedin Automotive, memperkenalkan merek Hongqi dan Xpeng pada pameran ini untuk pertama kalinya. Xpeng menghadirkan model G6, G9, dan P7+, serta kendaraan konsep Voyager X2 yang menggabungkan teknologi listrik dengan kemampuan lepas landas dan mendarat secara vertikal, yang sering disebut “mobil terbang.”

Philip Eeckels, manajer implementasi merek-merek baru di Hedin Automotive, mengungkapkan bahwa meskipun pasar Belgia cenderung konservatif, mereka tetap yakin bahwa merek-merek asal China memiliki potensi besar di pasar Eropa.

BMW X3 Varian Panjang Resmi Diproduksi: Jawaban BMW untuk Pasar Otomotif China

BMW bersama mitra patungannya, Brilliance Auto, telah memulai produksi BMW X3 versi panjang yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal di China. Mobil dengan dimensi lebih panjang ini diproduksi di pabrik Tiexi, Shenyang, dan akan diluncurkan pada kuartal pertama tahun ini.

BMW X3 varian panjang ini memiliki tambahan panjang 90 mm dibandingkan dengan model standarnya, menjadikannya lebih menarik bagi konsumen China yang mengutamakan ruang ekstra di baris kedua. Langkah ini sejalan dengan strategi produsen global lainnya, seperti Audi Q5L, Range Rover Evoque L, dan BMW X5L, yang telah lebih dulu menghadirkan varian serupa untuk pasar tersebut.

Usaha patungan BMW-Brilliance, yang didirikan pada 2003, kini mengoperasikan dua pabrik di Shenyang, menjadikannya pusat produksi terbesar dalam jaringan BMW Group secara global. Pada 7 Januari, produksi resmi BMW X3 generasi terbaru (G48) dimulai di fasilitas ini.

Pabrik Tiexi dilengkapi dengan teknologi canggih, termasuk bengkel cat terbesar BMW dengan sistem inspeksi optik otomatis. Lebih dari 100.000 foto diambil oleh robot untuk memeriksa permukaan cat kendaraan, dengan akurasi deteksi hingga 0,01 mm. Selain itu, pabrik ini memiliki stasiun uji hub roda otomatis yang memungkinkan kendaraan diuji pada kecepatan hingga 150 km/jam untuk memastikan kalibrasi sistem elektronik dan penggerak.

Setiap kendaraan juga melalui lintasan uji sepanjang 2,5 km yang mencakup berbagai jenis jalan dan tikungan untuk menguji performa dinamisnya.

Dari segi dimensi, BMW X3 spesifikasi China memiliki ukuran 4865/1920/1664 mm dengan jarak sumbu roda mencapai 2975 mm. Interiornya dilengkapi layar lengkung 14,9 inci dan bilah interaksi modern. Untuk performa, kendaraan ini mengusung mesin turbocharged 2.0 liter yang menghasilkan tenaga hingga 283 hp dan dipadukan dengan transmisi otomatis 8 percepatan.

Dengan hadirnya BMW X3 varian panjang ini, BMW menunjukkan komitmennya dalam memberikan solusi yang sesuai dengan preferensi pasar China.

XPeng Resmi Masuki Pasar Indonesia: Komitmen Tingkatkan Ekosistem Kendaraan Listrik

Produsen otomotif asal Tiongkok, XPeng, kini secara resmi mengumumkan rencananya untuk memasuki pasar Indonesia. Menurut Djohan Sutanto, CEO Erajaya Active Lifestyle, XPeng telah lama melihat Indonesia sebagai pasar strategis dengan potensi pertumbuhan signifikan di industri kendaraan listrik (EV). Besarnya jumlah penduduk Indonesia dan rendahnya rasio kepemilikan kendaraan menjadi daya tarik tersendiri bagi produsen kendaraan listrik ini.

Selain itu, dukungan pemerintah dalam membangun ekosistem kendaraan listrik menjadi salah satu faktor penting yang mendorong XPeng untuk masuk ke pasar Indonesia. Dengan target ambisius mencapai dua juta unit kendaraan listrik pada tahun 2030, XPeng yakin dapat memberikan kontribusi besar bagi perkembangan industri EV di tanah air.

XPeng juga berencana untuk merakit kendaraan mereka secara lokal di Indonesia sebagai bagian dari komitmen jangka panjang mereka. Langkah ini bertujuan tidak hanya untuk memperluas pasar, tetapi juga untuk mendukung pengembangan industri otomotif dalam negeri.

Pada tahap awal, XPeng akan memperkenalkan dua model unggulan mereka, yakni medium SUV G6 dan MPV premium 7-seater X9. Kendaraan ini dirancang dengan teknologi terkini yang diharapkan mampu menarik minat konsumen kendaraan listrik di Indonesia.

Ekspansi ke Indonesia merupakan bagian dari strategi besar XPeng untuk memperluas kehadirannya di Asia Tenggara sekaligus memperkuat posisinya sebagai pemain global terkemuka di sektor kendaraan listrik. Dengan inovasi canggih dan teknologi mutakhir, XPeng optimis dapat memberikan pengalaman berkendara yang lebih baik dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap kendaraan listrik.

Perubahan Lanskap Mobil Premium: Dominasi Baru Pabrikan China di Pasar Meksiko

Persepsi tentang mobil premium telah mengalami perubahan signifikan dari waktu ke waktu. Di masa lalu, mobil Jepang sering dianggap inferior dibandingkan mobil Eropa. Namun, merek seperti Lexus berhasil mematahkan stigma ini, menjadi simbol kesuksesan mobil premium Jepang.

Kini, situasi serupa terlihat dengan pabrikan mobil asal China. Di pasar Amerika Serikat (AS), mobil-mobil buatan China dihargai lebih mahal akibat tarif impor yang tinggi, kecuali jika produsen memilih membangun pabrik lokal. Sementara itu, di Meksiko, mobil-mobil premium dari merek Eropa seperti Mercedes-Benz dan BMW telah lama menjadi pemain dominan.

Namun, konsumen kini mulai bergeser ke merek China berkat kombinasi harga terjangkau, teknologi canggih, dan kenyamanan. Berdasarkan data Asosiasi Distributor Otomotif Meksiko (AMDA), penjualan mobil mewah dari Januari hingga November mengalami penurunan 8,1 persen. Merek-merek seperti Audi dan Mercedes-Benz masing-masing mencatat penurunan hingga 21,9 persen dan 9,8 persen, sementara BMW tetap stagnan.

Sebaliknya, pabrikan China menunjukkan tren positif. Motornation, yang membawa merek BAIC, JMC, dan Changan, mencatat kenaikan penjualan 8,8 persen. Jetour bahkan berhasil mencatat lonjakan penjualan hingga 131 persen, membuat pabrikan China kini menguasai 9,3 persen pangsa pasar mobil Meksiko.

Selain itu, insentif berupa pembebasan tarif impor kendaraan listrik di Meksiko hingga tahun 2023 dimanfaatkan secara optimal oleh pabrikan seperti BYD dan Zeekr. Mereka menawarkan berbagai pilihan kendaraan listrik, mulai dari model terjangkau seharga 17.000 dolar AS (sekitar Rp275,4 juta) hingga mobil mewah dengan harga mencapai 50.000 dolar AS (sekitar Rp810 juta).

Dengan fleksibilitas harga yang mencakup berbagai segmen pasar, mobil-mobil asal China mampu menawarkan solusi bagi konsumen di semua level. Di sisi lain, merek premium tradisional seperti Mercedes-Benz dan BMW menghadapi tantangan besar untuk tetap relevan dalam persaingan ini.

Perubahan ini mencerminkan dinamika pasar yang semakin menghargai keterjangkauan tanpa mengorbankan kualitas. Jalanan Meksiko kini menjadi bukti nyata transformasi ini, di mana SUV dan pikap berlogo pabrikan China berdampingan dengan merek-merek global yang sudah mapan.

Pertanyaannya sekarang adalah seberapa lama tren ini akan bertahan, mengingat tantangan politik dan reputasi yang terus diuji. Inovasi dan strategi adaptasi merek-merek tradisional akan menentukan masa depan mereka di Meksiko dan di panggung global.

Polytron Fox R: Motor Listrik Stylish dengan Harga Terjangkau dan Performa Menjanjikan

Polytron Fox R menjadi salah satu motor listrik yang menarik perhatian karena harganya yang cukup terjangkau dibandingkan motor listrik sekelasnya. Dengan desain yang menyerupai skutik maxi seperti Yamaha NMAX dan Honda PCX, motor ini hadir sebagai pilihan menarik untuk pengguna harian yang mencari kendaraan ramah lingkungan.

Dibanderol sekitar Rp20 juta (belum termasuk subsidi), Polytron Fox R menawarkan harga yang cukup kompetitif di kelasnya. Namun, harga tersebut belum mencakup biaya baterai yang disewa dengan tarif sekitar Rp200.000 per bulan.

Motor listrik ini memiliki tampilan modern dan gagah, mirip dengan skutik premium, yang memberikan kesan stylish bagi pengendara. Dari segi performa, Polytron Fox R memiliki top speed hingga 64 km/jam pada mode Drive (D), dan 97 km/jam pada mode Sport (S). Akselerasinya juga cukup memadai, dengan kemampuan dari 0 hingga 60 km/jam dalam waktu 7,76 detik.

Baterai 3,7 kWh yang digunakan memungkinkan Polytron Fox R menempuh jarak hingga 101 km pada mode Drive, dan 70 km pada mode Sport. Menariknya, sistem sewa baterai disertai dengan garansi seumur hidup, yang berarti pengguna tidak perlu khawatir mengenai biaya perbaikan atau penggantian baterai yang rusak.

Namun, ada beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah jeda akselerasi saat motor berhenti, yang terasa sekitar satu detik sebelum motor kembali merespons. Hal ini bisa sedikit mengganggu kenyamanan, terutama saat berkendara di jalanan padat atau tikungan tajam. Selain itu, sistem pemutus tenaga otomatis saat rem ditekan terkadang membuat pengalaman berkendara terasa kurang alami dibandingkan motor listrik lainnya, seperti TVS iQube.

Waktu pengisian baterai dari 0 hingga 100% memakan waktu sekitar 5 jam, dan charger onboard tidak dapat dilepas, sehingga pengendara harus memarkir motor di dekat colokan listrik. Sayangnya, Polytron juga belum memberikan informasi mengenai spesifikasi lebih detail, seperti tinggi jok dan torsi motor, yang bisa mempersulit calon pembeli dalam memvisualisasikan kenyamanan dan performa kendaraan.

Bagi pengguna ringan atau sebagai motor sekunder, biaya sewa baterai sebesar Rp200.000 per bulan bisa terasa tidak terlalu ekonomis. Dalam jangka panjang, biaya ini bisa mendekati atau bahkan melebihi harga motor itu sendiri.

Secara keseluruhan, Polytron Fox R adalah motor listrik yang menawarkan performa cukup baik dengan harga terjangkau. Motor ini sangat cocok untuk penggunaan harian, terutama bagi mereka yang membutuhkan kendaraan untuk perjalanan jauh, seperti pengemudi ojek online atau kurir. Namun, untuk penggunaan ringan atau motor sekunder, biaya sewa baterai bisa menjadi pertimbangan utama.

Review Suzuki APV 2025: MPV Modern dengan Desain Elegan dan Fitur Canggih untuk Keluarga dan Bisnis

Suzuki APV 2025 kembali hadir sebagai pilihan unggulan dalam segmen mobil MPV di Indonesia. Dengan desain yang lebih modern dan dilengkapi fitur-fitur canggih, Suzuki APV 2025 hadir untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan dunia bisnis.

Tampilan eksterior Suzuki APV 2025 lebih elegan dan dinamis, dengan garis bodi yang lebih tegas serta grill depan yang lebih lebar memberikan kesan modern dan sporty. Lampu depan LED ramping semakin menambah daya tarik, membuat kendaraan ini lebih mencolok di jalanan.

Interiornya dirancang untuk kenyamanan maksimal, dengan kapasitas hingga 8 penumpang. Ruang kabin yang luas, serta kursi yang dapat disesuaikan, memastikan pengalaman berkendara yang menyenangkan, baik untuk perjalanan keluarga maupun keperluan bisnis. Material berkualitas tinggi di interior memberi nuansa premium pada mobil ini.

Ditenagai oleh mesin 1.6L yang efisien, Suzuki APV 2025 menawarkan performa optimal sekaligus hemat bahan bakar. Transmisi manual memberikan kontrol penuh kepada pengemudi, sementara sistem suspensi yang telah disempurnakan menjamin kenyamanan di berbagai kondisi jalan.

Keamanan menjadi prioritas utama dalam desain Suzuki APV 2025. Dilengkapi dengan sistem pengereman anti-lock (ABS), airbag untuk pengemudi dan penumpang depan, serta struktur bodi yang dirancang untuk menyerap benturan, mobil ini memberikan perlindungan maksimal bagi seluruh penumpang.

Salah satu fitur unggulan Suzuki APV 2025 adalah fleksibilitas ruang kargonya. Dengan kursi yang dapat dilipat, mobil ini sangat praktis, memungkinkan pengguna untuk membawa banyak barang atau perlengkapan bisnis tanpa kesulitan.

Meskipun harga resmi belum diumumkan, diperkirakan Suzuki APV 2025 akan tetap dibanderol dengan harga terjangkau. Ini menjadikannya pilihan menarik bagi konsumen yang mencari mobil MPV berkualitas dengan harga yang ramah di kantong.

Dengan desain yang modern, fitur-fitur canggih, performa efisien, dan fleksibilitas ruang yang tinggi, Suzuki APV 2025 siap untuk bersaing di pasar mobil MPV yang semakin ketat. Mobil ini tidak hanya menawarkan kenyamanan dan keselamatan, tetapi juga serbaguna, memenuhi berbagai kebutuhan keluarga dan pelaku bisnis.

Jika Anda mencari MPV yang dapat diandalkan, Suzuki APV 2025 adalah pilihan yang sempurna untuk mendukung kegiatan sehari-hari Anda.

Modifikasi Toyota Celica Jadi Ferrari F12, Karya Kreatif atau Berlebihan?

Dunia modifikasi mobil selalu menjadi tempat bagi para pecinta otomotif untuk menyalurkan kreativitas mereka. Namun, tidak semua hasil modifikasi dapat diterima oleh semua orang, terutama ketika perubahan yang dilakukan terasa terlalu ekstrem. Salah satu contoh yang menarik perhatian datang dari Thailand, di mana seorang pemilik Toyota Celica mengubah mobil sport ikonik ini menjadi replika Ferrari F12 Berlinetta.

Transformasi Drastis Toyota Celica

Dilaporkan oleh Carscoops.com pada Minggu (5/1/2025), Toyota Celica generasi keenam, yang diproduksi antara 1994 hingga 1999, mengalami modifikasi besar-besaran. Sang pemilik mencoba membuat mobilnya menyerupai Ferrari F12 Berlinetta, supercar Italia yang mulai diluncurkan pada 2012.

Bagian depan Celica ini dirancang ulang hingga mirip dengan F12, termasuk perubahan pada lampu utama, bumper, dan lekukan kap mesin. Dari depan, kesan sporty ala Ferrari cukup berhasil, namun detail di bagian lain justru menimbulkan tanda tanya.

Sisi Samping yang Kurang Proporsional

Saat dilihat dari samping, hasil modifikasi ini mulai menunjukkan kelemahannya. Desain pintu yang tidak sempurna membuat ilusi replika Ferrari menjadi kurang meyakinkan.

Penggunaan pelek aftermarket yang menarik sebenarnya memberikan sentuhan modern, tetapi posisi roda yang tidak sejajar dengan fender membuat tampilannya terasa kurang maksimal. Penggunaan spacer untuk menyesuaikan jarak roda dengan bodi mungkin dapat memperbaiki hal ini.

Bagian Belakang yang Tidak Konsisten

Di bagian buritan, upaya untuk menciptakan tampilan ala Ferrari terasa kurang harmonis. Beberapa warganet bahkan menyebut modifikasi ini menyerupai Lykan HyperSport, meskipun dengan kualitas dan anggaran yang jauh lebih rendah.

Lampu belakang yang digunakan terlihat terlalu besar, bahkan mendominasi spoiler. Sementara itu, lubang knalpot yang berada di tengah bumper terlihat kurang presisi dan jauh dari kesan orisinal Ferrari.

Meskipun demikian, ada beberapa elemen yang cukup menarik, seperti tambahan diffuser pada bumper belakang, yang memberikan sentuhan sporty pada desain keseluruhan.

Kreativitas Tanpa Batas, Tetapi Harus Seimbang

Modifikasi seperti ini menunjukkan betapa luasnya kreativitas dalam dunia otomotif. Namun, penting bagi para modifikator untuk mempertimbangkan keseimbangan antara estetika dan proporsi. Upaya untuk mengubah Toyota Celica menjadi Ferrari F12 Berlinetta mungkin berhasil menarik perhatian, tetapi bagi sebagian orang, hasil akhirnya justru terasa dipaksakan.

Apakah modifikasi ini inspiratif atau berlebihan? Pendapat mungkin akan bervariasi, tetapi yang pasti, karya ini menjadi sorotan dalam dunia otomotif dan menambah warna dalam dunia modifikasi mobil.

Toyota Rush GR: Pilihan Terakhir Mobil Keluarga Tangguh dengan Daya Tahan Tinggi

Saat berbicara tentang mobil keluarga yang cocok untuk pelesiran, Toyota Rush GR 2024 menjadi pilihan utama yang tidak bisa diabaikan. Dikenal dengan interior yang lapang, cocok untuk 7 orang, dan ground clearance tinggi, Toyota Rush GR memadukan performa yang optimal dengan konsumsi bahan bakar yang efisien. Mesin 1.500 cc dan penggerak roda belakang menjadi keunggulan tersendiri, menawarkan kenyamanan perjalanan jarak jauh dengan performa stabil.

Namun, mengapa Toyota Rush GR tetap menjadi pilihan terakhir di segmennya, meskipun sudah banyak mobil lain yang beralih ke penggerak roda depan? Mari kita ulas lebih lanjut.

Penggerak Roda Belakang: Keunggulan dalam Kemampuan Menanjak
Sebagai mobil yang masih setia menggunakan penggerak roda belakang (RWD), Toyota Rush menawarkan kelebihan yang tidak dimiliki banyak kompetitornya. Penggerak roda belakang memberikan distribusi bobot yang lebih merata, sehingga menghasilkan daya cengkeram yang maksimal saat mobil melintasi jalan menanjak atau medan yang lebih berat. Hal ini menjadikan Toyota Rush GR pilihan tepat bagi yang menginginkan daya tahan lebih pada perjalanan jauh atau medan berbukit.

Transmisi Otomatis yang Tangguh
Berbeda dengan kendaraan yang menggunakan CVT (Continuously Variable Transmission), Toyota Rush GR menggunakan transmisi otomatis konvensional dengan rasio gigi tetap. Keunggulannya, transmisi ini terbukti lebih tahan lama dan dapat diandalkan untuk menahan torsi mesin yang lebih besar. Walaupun rasio gigi yang digunakan hanya 4 percepatan, transmisi ini lebih optimal dalam hal ketahanan dibandingkan CVT yang menggunakan sistem belt yang lebih rentan.

Namun, penggunaan transmisi otomatis konvensional ini berpengaruh pada konsumsi bahan bakar yang sedikit lebih boros dibandingkan CVT. Meski demikian, Toyota Rush GR tetap mengadopsi mesin 2NR-FE 1.496 cc dengan teknologi Dual VVT-i, menghasilkan tenaga 104 PS dan torsi 136 Nm. Ditambah dengan fitur Idling Start-Stop (ISS), konsumsi bahan bakar Toyota Rush GR menjadi lebih irit. Dalam uji coba rute sejauh 575,5 km, mobil ini mampu mencatatkan angka konsumsi bahan bakar rata-rata 11,9 km/l, cukup efisien untuk mobil keluarga.

Aki Berkualitas untuk Performa Maksimal
Fitur Idling Start-Stop (ISS) membutuhkan aki khusus yang mampu menyimpan energi lebih besar, meskipun tampaknya mirip dengan aki pada umumnya. Aki jenis M 42 R yang digunakan memiliki Cold Cranking Amps (CCA) hingga 310 A, yang memastikan kendaraan dapat dinyalakan dengan mudah meski dalam kondisi dingin. Aki ini memang lebih mahal, dengan harga pasar berkisar antara Rp 1,4 juta hingga Rp 2,4 juta, namun memiliki daya tahan yang lebih lama.

Pilihan Terbaik untuk Mobil Keluarga Tangguh
Dengan kombinasi penggerak roda belakang, transmisi otomatis konvensional, dan mesin yang efisien, Toyota Rush GR menjadi pilihan terakhir bagi mereka yang mencari mobil keluarga tangguh dengan daya tahan lebih dari 5 tahun. Mobil ini cocok bagi mereka yang membutuhkan kendaraan andal untuk perjalanan jauh bersama keluarga tanpa khawatir akan keandalan mesin dan kenyamanan berkendara.

Transformasi Drastis Toyota Celica Jadi Ferrari F12: Kreativitas atau Kontroversi?

Dunia modifikasi kendaraan kembali dihebohkan oleh karya unik seorang modifikator asal Thailand. Sebuah Toyota Celica generasi keenam (1994-1999) telah dirombak habis-habisan hingga menyerupai supercar asal Italia, Ferrari F12 Berlinetta (2012). Perubahan radikal ini berhasil menarik perhatian, sekaligus memicu perdebatan di kalangan pecinta otomotif.

Dilaporkan oleh Carscoops.com pada Minggu (5/1/2025), modifikasi ini membuat Celica nyaris kehilangan identitas aslinya. Bagian depan mobil dimodifikasi secara detail agar menyerupai Ferrari F12, dengan perubahan besar pada lampu utama, bumper, dan lekukan kap mesin. Namun, kesan serupa itu mulai memudar ketika mobil dilihat dari sisi samping.

Beberapa pengamat otomotif menilai bahwa konsep ini terasa kurang matang, terutama pada desain pintu yang gagal meniru lekukan khas Ferrari F12. Pelek aftermarket yang digunakan terlihat cukup menarik, tetapi posisinya yang tidak sejajar dengan fender menjadi sorotan. Pemasangan spacer seharusnya dapat memberikan hasil yang lebih maksimal.

Di bagian belakang, modifikasi ini kembali memunculkan kesan yang tidak konsisten. Lampu belakang yang berukuran besar mendominasi tampilan, bahkan terlihat lebih besar daripada spoiler. Lubang knalpot di bagian tengah pun disebut kurang autentik. Meski demikian, kehadiran diffuser pada bumper belakang memberikan sedikit sentuhan sporty pada replika ini.

Bagian kabin Toyota Celica modifikasi ini tak kalah menarik perhatian. Dominasi warna merah menyala memberikan kesan mencolok, tetapi beberapa pihak merasa desain interior ini terlalu berlebihan. Sayangnya, tidak ada informasi mengenai apakah mesin mobil ini turut dimodifikasi untuk meningkatkan performa sesuai dengan tampilannya yang “berani”.

Foto-foto Toyota Celica yang telah diubah menjadi replika Ferrari F12 ini pertama kali diunggah dalam grup Facebook Toyota Celica Club Thailand. Thailand, yang dikenal sebagai pusat kreativitas modifikasi otomotif, sering melahirkan ide-ide menarik. Namun, proyek ini justru memicu kontroversi. Banyak anggota komunitas menilai bahwa eksekusi modifikasi ini tidak sesuai dengan konsep yang diinginkan.

Beberapa netizen bahkan membandingkan hasil akhir modifikasi ini dengan desain Lykan HyperSport, meskipun dilakukan dengan anggaran yang jauh lebih rendah. Keputusan untuk mengubah Toyota Celica menjadi replika Ferrari F12 juga menimbulkan diskusi hangat, antara apresiasi terhadap kreativitas dan kritik terhadap kurangnya konsistensi dalam desain.

Transformasi seperti ini memang menjadi cerminan keberanian dan kreativitas para pecinta otomotif. Namun, hasil akhir yang terkesan “dipaksakan” menimbulkan pertanyaan mengenai pentingnya keseimbangan antara konsep, eksekusi, dan hasil visual. Apakah modifikasi ini merupakan langkah maju dalam dunia otomotif, atau sekadar kontroversi yang memecah opini?

Tren Modifikasi Mobil 2025: Dari Street Racing hingga Kendaraan Listrik yang Lebih Personal

Tren modifikasi mobil terus berkembang mengikuti perkembangan teknologi, gaya hidup, dan selera estetika masyarakat. Jika sebelumnya modifikasi ekstrem lebih banyak dipilih oleh para penghobi untuk kontes, dalam beberapa tahun terakhir, tren modifikasi bergerak ke arah yang lebih simpel dengan penekanan pada fungsionalitas kendaraan.

Pandemi Covid-19 juga turut mempengaruhi perubahan preferensi ini, seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia. Pada tahun 2024, tren modifikasi kendaraan mulai beralih, dengan lebih banyak modifikator yang kembali serius menggarap kendaraan mereka dengan konsep yang berani, namun tetap mempertimbangkan fungsionalitas. Tomi Gunawan, pemilik Tomi Airbrush, mengungkapkan bahwa tren modifikasi di 2024 lebih cenderung ke modifikasi yang praktis dan street racing, dengan pilihan warna solid yang mendominasi.

Melihat ke 2025, Tomi memprediksi tren ini akan tetap berlanjut dengan konsep yang lebih proper, namun street racing tetap digemari untuk penggunaan harian, dengan dominasi warna solid pada kendaraan.

Sementara itu, Kiki Anugrah, Founder Karma Body Kit, menambahkan bahwa di tahun 2024 tren modifikasi tidak hanya berfokus pada eksterior, tetapi juga pada sektor swap engine, detail seperti carbon sasis, dan penggunaan warna pelek yang berani, termasuk menggabungkan berbagai warna yang berbeda.

Selain itu, modifikasi untuk kendaraan listrik (EV) juga mulai berkembang pesat. Di tahun 2024, banyak modifikator lokal yang sudah mulai memberikan ubahan menarik pada mobil listrik, terutama pada sektor eksterior dan interior. Kiki menambahkan bahwa pada 2025, modifikasi kendaraan listrik akan semakin diminati, dengan ubahan mulai dari yang ringan hingga berat, seperti mengganti exhaust valvetronic dan menambahkan gaya stance atau widebody. Banyak supercar baru juga mulai mengadopsi konsep widebody.

Reindy Riupassa dari BTX Concept menambahkan bahwa modifikasi kendaraan listrik menjadi tren yang berkembang pesat pada 2024, seiring dengan semakin terjangkau harganya dan keunggulannya yang tidak memerlukan bahan bakar. Di Jakarta, kendaraan listrik juga semakin diminati berkat keuntungan tambahan, seperti bebas dari aturan ganjil genap.