Osamu Suzuki: Pemimpin Legendaris Suzuki Motor, Meninggal Dunia di Usia 94 Tahun!

Osamu Suzuki, sosok pemimpin terkemuka di dunia otomotif Jepang dan mantan presiden Suzuki Motor, meninggal dunia pada Rabu, 25 Desember 2024, di usia 94 tahun. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi industri otomotif Jepang. Suzuki mulai bergabung dengan Suzuki Motor pada tahun 1958 sebagai menantu presiden kedua perusahaan, Shunzo Suzuki. Pada 1978, ia diangkat menjadi presiden perusahaan dan memimpin dengan sukses besar, salah satunya dengan meluncurkan kendaraan mini yang dijual dengan harga terjangkau, kurang dari setengah juta yen.

Di bawah kepemimpinannya, Suzuki Motor melakukan ekspansi internasional yang signifikan. Pada 1983, perusahaan mulai memproduksi mobil di India, dan akhirnya meraih posisi teratas di pasar mobil India. Pada 2000, Suzuki menjadi komisaris perusahaan, di mana penjualan tahunan perusahaan melonjak hingga sepuluh kali lipat dibandingkan saat ia menjabat sebagai presiden, dengan total penjualan lebih dari 3 triliun yen (sekitar 19 miliar dolar).

Selain itu, Suzuki juga menjalin kemitraan dengan produsen mobil global seperti General Motors dan Volkswagen untuk menjaga daya saing perusahaan. Pada 2017, Suzuki mengukuhkan kerja sama bisnis dengan Toyota yang berkembang menjadi kemitraan modal dua tahun kemudian. Suzuki tetap terlibat aktif dalam manajemen perusahaan hingga pensiun sebagai komisaris pada Juni 2021, dan kemudian menjadi penasihat.

Lahir dengan nama Osamu Matsuda pada 30 Januari 1930, Suzuki awalnya menempuh karier di dunia perbankan setelah lulus dari Sekolah Hukum Universitas Chuo di Tokyo. Namun, ia memilih untuk bergabung dengan Suzuki Motor setelah menikahi putri presiden saat itu, Shunzo Suzuki, yang merupakan anggota keluarga pendiri perusahaan.

Kolaborasi Raksasa: Nissan, Honda, dan Mitsubishi Pertimbangkan Merger Demi Masa Depan Otomotif

Dua produsen otomotif besar Jepang, Nissan dan Honda, sedang mempertimbangkan peluang untuk merger guna memperkuat posisi mereka di industri otomotif global. Dalam pernyataan bersama yang dirilis pada Rabu (18/12/2024), kedua perusahaan mengungkapkan bahwa diskusi terkait penggabungan ini masih dalam tahap eksplorasi awal, tanpa menyebutkan batas waktu atau alasan utama di balik wacana tersebut.

Sejak Maret 2024, Nissan dan Honda telah memulai pembicaraan kerja sama, khususnya di sektor kendaraan listrik. Pada Agustus tahun yang sama, kedua perusahaan mengumumkan rencana kolaborasi dalam pengembangan teknologi baterai. Dalam pernyataan terbaru, mereka menegaskan bahwa segala perkembangan akan diumumkan kepada pemangku kepentingan pada waktu yang tepat.

Selain itu, Mitsubishi Motors dikonfirmasi sebagai pihak yang turut dilibatkan dalam diskusi ini, membuka peluang merger tiga arah. Namun, Mitsubishi belum memberikan tanggapan resmi terkait kemungkinan tersebut.

Salah satu alasan potensial di balik langkah ini adalah tantangan besar yang dihadapi oleh ketiga perusahaan di pasar otomotif China. Para konsumen di sana semakin beralih ke merek lokal yang menawarkan harga lebih kompetitif dan teknologi canggih, terutama di segmen kendaraan listrik.

Nissan sendiri sedang berjuang menghadapi kesulitan finansial. Pada periode Maret hingga September 2024, pendapatan operasionalnya anjlok hingga 90 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan cadangan dana yang diperkirakan hanya cukup untuk 12-14 bulan, Nissan menghadapi tekanan untuk segera mencari suntikan modal baru.

Honda, meskipun lebih besar lima kali lipat dari Nissan, juga tidak kebal terhadap tantangan. Target Honda untuk sepenuhnya beralih ke kendaraan bebas emisi pada 2040 menghadapi hambatan besar, terutama jika dibandingkan dengan kemajuan pesat produsen kendaraan listrik asal China.