Tang L: SUV Mewah BYD dengan Fitur Drone dan Tenaga Listrik Dahsyat

BYD, produsen otomotif asal Tiongkok, resmi meluncurkan Tang L, SUV premium terbaru dalam seri Dynasty yang hadir dengan pilihan tenaga listrik murni dan hybrid. Mobil ini dijual dalam enam varian, dengan rentang harga antara Rp534 juta hingga Rp674 juta. Tang L mengusung desain futuristik dengan bagian depan tertutup, menandakan identitas kendaraan listrik masa depan. Mobil ini dibangun di atas platform Super e-Platform BYD, dengan dimensi 5040 x 1996 x 1760 mm dan jarak sumbu roda 2.950 mm, menjadikannya SUV menengah hingga besar yang tersedia dalam konfigurasi enam atau tujuh tempat duduk.

Interior Tang L menampilkan kokpit melingkar dengan nuansa dua warna dan aksen metalik abu-abu matte. Dilengkapi kluster digital dan layar sentuh tengah 15,6 inci serta AR-HUD opsional, tampilannya terasa modern dan mewah. Salah satu keunikan Tang L adalah sistem drone terintegrasi yang dapat digunakan hanya dengan satu tombol, menawarkan jangkauan terbang hingga 2 kilometer. Model ini juga sudah mendukung sistem bantuan pengemudi DiPilot 300 dan sistem kokpit pintar DiLink 150.

Versi listrik murninya hadir dalam konfigurasi motor tunggal dan ganda, dengan tenaga maksimal hingga 1.100 hp dan akselerasi 0-100 km/jam dalam 3,9 detik. Semua varian dilengkapi baterai 100,53 kWh dengan jarak tempuh hingga 670 km. Fitur pengisian cepat memungkinkan jarak 400 km hanya dalam 5 menit pengisian. Sementara versi hybrid menggunakan teknologi DM-P terbaru, menggabungkan mesin bensin efisien dan dua motor listrik dengan akselerasi 4,3 detik dan konsumsi bahan bakar hemat.

Denza D9 Siap Menjadi Taksi Listrik Mewah, Bluebird Group Mulai Beri Bocoran

Denza, yang masih berada di bawah naungan BYD Auto Indonesia, semakin serius dalam memperluas bisnis kendaraan listriknya ke sektor komersial. Salah satu langkah strategisnya adalah menghadirkan Denza D9 sebagai taksi listrik premium. Menurut Head of PR & Government Relations PT BYD Motor Indonesia, Luther Panjaitan, perusahaannya telah lama menjalin kerja sama dengan berbagai mitra transportasi, termasuk penyedia layanan ride-hailing seperti Grab dan Gocar. Selain itu, BYD juga bermitra dengan PT Blue Bird Tbk., perusahaan taksi terbesar di Indonesia, dalam pengadaan armada listrik. Saat ini, Bluebird telah menggunakan beberapa puluh unit kendaraan listrik dari BYD, termasuk campuran antara BYD E6 dan Denza D9 untuk layanan premiumnya di bawah merek Goldenbird.

CEO Bluebird Group, Adrianto Djokosoetono, baru-baru ini mengunggah teaser armada baru Goldenbird di akun Instagram pribadinya. Meskipun tidak menampilkan wujud keseluruhan mobil, ciri khas desain samping, konfigurasi jok, serta tampilan dasbor mengindikasikan bahwa kendaraan tersebut adalah Denza D9. MPV listrik ini akan melengkapi jajaran kendaraan mewah Goldenbird yang sudah diisi oleh Toyota Alphard, Hyundai IONIQ 5, dan BMW iX. Bluebird Group juga sempat mengunggah video pendek yang memperlihatkan fitur canggih dari unit Denza D9, menandakan kesiapan mereka untuk segera mengoperasikan kendaraan ini.

Denza D9 dibangun di atas e-platform 3.0 dan menggunakan baterai Blade berkapasitas 103,36 kWh, memungkinkan jarak tempuh hingga 600 kilometer dalam satu kali pengisian. Mobil ini memiliki tenaga mencapai 308,4 dk dengan torsi 360 Nm dan mampu berakselerasi dari 0-100 km/jam dalam 9,5 detik. Fitur pengisian cepat 166 kW memungkinkan tambahan daya tempuh hingga 150 kilometer hanya dalam 10 menit pengisian. Pada baris kedua, Denza D9 dilengkapi kursi captain seat dengan layar LCD untuk mengatur posisi kursi, suhu AC, serta pemanas dan pendingin kursi. Kemewahan semakin lengkap dengan kulkas 7,5 liter yang suhunya bisa diatur dari minus 6 hingga 50 derajat Celsius. Saat pertama kali diperkenalkan, Denza D9 dibanderol dengan harga Rp 950 juta, menjadikannya pilihan eksklusif bagi armada taksi listrik mewah di Indonesia.

Perubahan Lanskap Mobil Premium: Dominasi Baru Pabrikan China di Pasar Meksiko

Persepsi tentang mobil premium telah mengalami perubahan signifikan dari waktu ke waktu. Di masa lalu, mobil Jepang sering dianggap inferior dibandingkan mobil Eropa. Namun, merek seperti Lexus berhasil mematahkan stigma ini, menjadi simbol kesuksesan mobil premium Jepang.

Kini, situasi serupa terlihat dengan pabrikan mobil asal China. Di pasar Amerika Serikat (AS), mobil-mobil buatan China dihargai lebih mahal akibat tarif impor yang tinggi, kecuali jika produsen memilih membangun pabrik lokal. Sementara itu, di Meksiko, mobil-mobil premium dari merek Eropa seperti Mercedes-Benz dan BMW telah lama menjadi pemain dominan.

Namun, konsumen kini mulai bergeser ke merek China berkat kombinasi harga terjangkau, teknologi canggih, dan kenyamanan. Berdasarkan data Asosiasi Distributor Otomotif Meksiko (AMDA), penjualan mobil mewah dari Januari hingga November mengalami penurunan 8,1 persen. Merek-merek seperti Audi dan Mercedes-Benz masing-masing mencatat penurunan hingga 21,9 persen dan 9,8 persen, sementara BMW tetap stagnan.

Sebaliknya, pabrikan China menunjukkan tren positif. Motornation, yang membawa merek BAIC, JMC, dan Changan, mencatat kenaikan penjualan 8,8 persen. Jetour bahkan berhasil mencatat lonjakan penjualan hingga 131 persen, membuat pabrikan China kini menguasai 9,3 persen pangsa pasar mobil Meksiko.

Selain itu, insentif berupa pembebasan tarif impor kendaraan listrik di Meksiko hingga tahun 2023 dimanfaatkan secara optimal oleh pabrikan seperti BYD dan Zeekr. Mereka menawarkan berbagai pilihan kendaraan listrik, mulai dari model terjangkau seharga 17.000 dolar AS (sekitar Rp275,4 juta) hingga mobil mewah dengan harga mencapai 50.000 dolar AS (sekitar Rp810 juta).

Dengan fleksibilitas harga yang mencakup berbagai segmen pasar, mobil-mobil asal China mampu menawarkan solusi bagi konsumen di semua level. Di sisi lain, merek premium tradisional seperti Mercedes-Benz dan BMW menghadapi tantangan besar untuk tetap relevan dalam persaingan ini.

Perubahan ini mencerminkan dinamika pasar yang semakin menghargai keterjangkauan tanpa mengorbankan kualitas. Jalanan Meksiko kini menjadi bukti nyata transformasi ini, di mana SUV dan pikap berlogo pabrikan China berdampingan dengan merek-merek global yang sudah mapan.

Pertanyaannya sekarang adalah seberapa lama tren ini akan bertahan, mengingat tantangan politik dan reputasi yang terus diuji. Inovasi dan strategi adaptasi merek-merek tradisional akan menentukan masa depan mereka di Meksiko dan di panggung global.