Audi Q6e-tron Resmi Diluncurkan, SUV Off-Road Listrik Pertama dengan Teknologi Canggih!

Audi baru saja memperkenalkan Q6e-tron, kendaraan off-road listrik terbaru mereka, yang diluncurkan di tengah salju pada ajang Piala Dunia di Kitzbühel, Austria. Audi mengungkapkan bahwa Q6e-tron dilengkapi dengan dua motor listrik yang menghasilkan daya gabungan mencapai 380 kW, memungkinkan kendaraan ini untuk menanjak dengan kemiringan hingga 100 persen berkat desain gardan portal terbaru mereka.

CEO Audi, Gernot Döllner, menyatakan bahwa konsep Q6e-tron ini merupakan interpretasi baru dari sistem quattro legendaris Audi dan menunjukkan potensi besar dari platform kendaraan listrik mereka. Audi berharap reaksi positif dari pelanggan terhadap kendaraan off-road yang sangat emosional ini. Q6e-tron memberikan gambaran tentang kendaraan off-road masa depan Audi, dengan peningkatan ketinggian berkendara hingga 160 mm (6,3 inci) dan peningkatan lebar lintasan sebesar 250 mm (9,8 inci), yang memberikan tampilan lebih tangguh.

Desain gardan portal baru pada kendaraan ini meningkatkan torsi hingga 50 persen pada roda, dibandingkan dengan torsi konvensional yang hanya meningkat 20 hingga 30 persen. Q6e-tron mampu menghasilkan torsi maksimum 13.400 Nm (9.883 lb-ft), dengan peningkatan torsi sebesar 4.400 Nm (3.245 lb-ft), memberikan pengalaman berkendara luar biasa baik di medan off-road maupun on-road.

Dengan kecepatan tertinggi yang terbatas hingga 175 km/jam (108 mph), Audi meyakini Q6e-tron sudah cukup optimal untuk kendaraan off-road, namun tetap mampu menanjak di medan dengan kemiringan hingga 45 derajat. Audi juga mengklaim bahwa Q6e-tron adalah kendaraan pertama yang menggunakan platform Premium Platform Electric (PPE) dalam segmen off-road.

Ekspor Kendaraan Elektrifikasi Toyota Indonesia 2024 Naik 111%, Kijang Innova Zenix dan Yaris Cross Jadi Andalan

Toyota Indonesia mencatatkan lonjakan ekspor kendaraan elektrifikasi buatan dalam negeri sepanjang tahun 2024, dengan kenaikan hingga 111%, mencapai 18.553 unit, dari sebelumnya 8.792 unit pada 2023. Peningkatan ini didorong oleh permintaan global terhadap dua model kendaraan elektrifikasi, yakni Kijang Innova Zenix Hybrid Electric Vehicle (HEV) dan Yaris Cross HEV, yang masing-masing terjual sebanyak 11.790 unit dan 6.763 unit.

Kedua model ini diproduksi di Pabrik Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Karawang Plant 1 dan diekspor ke berbagai negara di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah. Bob Azam, Wakil Presiden Direktur PT TMMIN, menekankan bahwa minat konsumen terhadap kendaraan elektrifikasi mencerminkan perhatian terhadap isu perubahan iklim dan perlindungan lingkungan.

Selain itu, Bob Azam juga mengungkapkan bahwa sektor otomotif Indonesia harus menjadi garda depan dalam pengembangan ekosistem kendaraan elektrifikasi untuk memenuhi permintaan global, terutama di era transisi energi. Toyota Indonesia mengimplementasikan strategi multi-jalur guna menjawab beragam kebutuhan teknologi kendaraan dan mendukung pertumbuhan industri otomotif nasional.

Berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), Toyota Indonesia mengekspor 276.089 unit kendaraan T-brand sepanjang 2024, meskipun ada penurunan sebesar 5% dibandingkan dengan ekspor 290.772 unit pada tahun 2023. Sejak 2019, Toyota Indonesia secara konsisten menyumbang sekitar 61% dari total ekspor kendaraan utuh (Completely Built Up/CBU) dari Indonesia.

Toyota Indonesia kini mengirimkan kendaraan ke lebih dari 80 negara dan selain kendaraan utuh, juga mengekspor kendaraan dalam bentuk terurai (Completely Knock Down/CKD), mesin, komponen, serta alat pendukung produksi. Presiden Direktur PT TMMIN, Nandi Julyanto, menyebutkan bahwa pencapaian ini berkat kerja sama erat dengan seluruh rantai pasok dan Industri Kecil dan Menengah (IKM), serta komitmen untuk menjaga Indonesia sebagai basis produksi global.

Toyota Indonesia juga mendukung target pemerintah untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060, melalui pengembangan berbagai jenis kendaraan elektrifikasi, seperti Battery Electric Vehicle (BEV), Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV), Hybrid Electric Vehicle (HEV), serta kendaraan dengan mesin pembakaran internal (ICE) yang ramah lingkungan.

Nandi menambahkan, selain kendaraan elektrifikasi, model Veloz dan Fortuner juga berkontribusi signifikan terhadap angka ekspor Toyota Indonesia, dengan total 110.714 unit kendaraan dalam setahun. Toyota Indonesia berkomitmen untuk terus meningkatkan daya saing produk dan kompetensi SDM domestik, serta memperluas jangkauan ekspor ke negara-negara non-tradisional. Perusahaan ini juga berfokus pada pengembangan kendaraan konversi dan aksesoris untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Toyota Indonesia menargetkan untuk mempertahankan kinerja ekspor yang sama pada tahun 2025 sambil terus mengoptimalkan potensi pasar dan memperluas jangkauan ekspor kendaraan T-brand.

Mitsubishi Siapkan Crossover Listrik Baru pada 2026, Sasar Pasar Global!

Mitsubishi, yang selama ini belum terlalu dikenal di sektor kendaraan listrik, akan memulai langkah besar di dunia otomotif dengan merilis crossover listrik pada 2026. Mobil ini akan dibangun menggunakan platform AmpR Medium, yang juga digunakan oleh model-model seperti Nissan Ariya dan Renault Megane E-Tech. Crossover listrik Mitsubishi ini kemungkinan akan menjadi saudara kembar dari kendaraan Nissan yang akan menggantikan model Leaf. Namun, Nissan akan meluncurkan modelnya terlebih dahulu, dengan produksi dimulai pada akhir tahun ini dan peluncuran pada tahun berikutnya.

Kedua model tersebut akan mengusung desain crossover coupe dengan atap miring. Meskipun belum dipastikan sejauh mana kesamaan tampilannya, kabar yang beredar menyebutkan keduanya akan memiliki kemiripan lebih banyak dibandingkan model-model dari Hyundai dan Kia yang menggunakan berbagai platform.

Mitsubishi berencana untuk memproduksi mobil listrik ini di Jepang dan mengekspornya ke berbagai negara. Pabrikan asal Jepang ini memiliki target ambisius, yakni ingin menjual 50 persen kendaraan listrik pada tahun 2030 dan mencapai 100 persen pada tahun 2035. Selain itu, Mitsubishi juga merencanakan untuk meluncurkan sembilan model kendaraan listrik baru pada 2028, yang mencakup SUV dan truk pikap berukuran menengah.

Di sisi lain, Mitsubishi Motors sedang mempertimbangkan untuk tidak bergabung dalam rencana merger antara Nissan dan Honda, meskipun Nissan memiliki saham terbesar di Mitsubishi. Merger ini berpotensi menghasilkan grup otomotif terbesar ketiga di dunia, dengan total produksi tahunan mencapai 7,4 juta unit kendaraan. Mitsubishi sendiri berencana untuk tetap terdaftar di bursa efek Tokyo sambil melanjutkan kerja samanya dengan Nissan dan Honda.

Chery Dorong Transisi Kendaraan Ramah Lingkungan Lewat Program Subsidi Rp30 Miliar

Chery, produsen otomotif terkemuka asal China, telah menginvestasikan dana sebesar Rp30 miliar untuk mendukung program “Go Green Fund” hingga akhir 2024. Inisiatif ini bertujuan untuk memberikan subsidi bagi konsumen yang ingin menukarkan mobil berbahan bakar fosil mereka dengan kendaraan listrik Chery, yakni Omoda E5.

Rifkie Setiawan, Head of Brand Department PT Chery Sales Indonesia, menyatakan bahwa peluncuran Omoda E5, yang didukung oleh program “Go Green Fund,” telah memberikan dampak nyata dalam upaya pengurangan emisi karbon.

Selama periode Oktober hingga Desember 2024, program tukar tambah ini berhasil mengganti 617 unit mobil berbahan bakar fosil dengan kendaraan listrik Omoda E5. Jumlah ini mewakili sekitar sepertiga dari total kuota insentif yang dialokasikan Chery, yaitu Rp100 miliar untuk 2.000 unit kendaraan.

Untuk tahun ini, Chery memastikan kelanjutan program dengan sisa dana sebesar Rp70 miliar. Langkah ini diambil guna mengakomodasi tingginya antusiasme masyarakat dalam beralih ke kendaraan ramah lingkungan.

Melalui program ini, Chery menawarkan subsidi sebesar Rp50 juta untuk setiap unit mobil yang ditukar dengan Omoda E5. Tidak ada batasan jenis atau usia mobil yang dapat diikutsertakan dalam skema ini, sehingga memberikan fleksibilitas bagi konsumen.

Selain subsidi, Chery juga menyediakan berbagai paket keuntungan tambahan untuk Omoda E5, termasuk garansi baterai selama delapan tahun, garansi kendaraan hingga enam tahun, serta pembebasan biaya jasa dan suku cadang selama lima tahun. Konsumen juga akan mendapatkan layanan bantuan darurat gratis selama satu tahun serta perangkat pengisian daya lengkap tanpa biaya tambahan.

Volkswagen Siapkan Langkah Strategis Hadirkan Kendaraan Hibrida Plug-in ke Pasar Amerika Serikat

Volkswagen (VW) berencana untuk memperluas portofolio kendaraan mereka di pasar Amerika Serikat dengan menghadirkan model kendaraan hibrida plug-in (PHEV). Menurut laporan Car and Driver pada Sabtu (25/1), hingga saat ini dealer VW di Amerika Serikat hanya menawarkan kendaraan berbahan bakar bensin atau kendaraan listrik murni, tanpa opsi model hibrida.

Namun, dalam Forum Ekonomi Dunia di Swiss, Chief Financial Officer VW, Arno Antlitz, menyampaikan bahwa perusahaan tengah mempersiapkan strategi untuk membawa model PHEV ke pasar Amerika Serikat. Langkah ini menjadi bagian dari upaya VW untuk menggandakan pangsa pasar mereka di Amerika Serikat pada tahun 2030.

Saat ini, VW memegang empat persen pangsa pasar kendaraan di Amerika Serikat. Meski demikian, produsen otomotif asal Jerman ini menghadapi berbagai tantangan pada tahun lalu, termasuk pemangkasan biaya yang nyaris menutup pabrik di Jerman. Selain itu, penjualan kendaraan listrik VW juga terkendala, dengan minat konsumen yang masih rendah terhadap produk tersebut.

Sebagai solusi, VW melihat model PHEV sebagai jembatan yang dapat mengatasi kesenjangan antara kendaraan bensin dan kendaraan listrik, sekaligus mendorong peningkatan penjualan di pasar Amerika Serikat.

Meski rincian model PHEV yang akan diperkenalkan belum diungkapkan, Tiguan—model SUV populer VW di pasar Amerika Serikat—diprediksi menjadi kandidat utama yang akan hadir dalam varian PHEV. Selain itu, Atlas, SUV besar yang diproduksi di pabrik Chattanooga, Tennessee, juga berpotensi dihadirkan dalam versi hibrida.

Pada November 2024, CEO VW Thomas Schäfer mengungkapkan rencana perusahaan untuk meluncurkan varian hibrida dari Tiguan dan Atlas di kawasan Amerika Utara. Namun, masih belum jelas apakah model tersebut adalah hibrida konvensional atau hibrida plug-in.

Volkswagen Tunda Peluncuran EV Baru hingga 2026, Fokus pada Kemitraan Strategis di Tiongkok

Volkswagen, produsen otomotif asal Jerman, mengumumkan tidak akan meluncurkan kendaraan listrik (EV) baru sepanjang tahun 2025. Model EV terakhir yang diperkenalkan adalah sedan ID.7 pada 2023. Rencana peluncuran mobil listrik berikutnya akan dimulai pada 2026 dengan model ID.2, yang kabarnya tidak akan tersedia di pasar Amerika Utara.

Volkswagen menghadapi tantangan dalam penjualan EV di pasar utama seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Tiongkok. Di Eropa, pemangkasan subsidi di negara-negara penting seperti Jerman mengurangi permintaan kendaraan listrik. Sementara itu, di Tiongkok, Volkswagen kalah bersaing dengan merek lokal yang lebih agresif menawarkan kendaraan listrik terjangkau.

Bahkan, lini produk mewah seperti Audi Q8 e-tron dan Porsche Taycan gagal menarik perhatian di pasar yang mulai didominasi oleh EV murah dan massal dari produsen Tiongkok. Sebagai langkah strategis, Volkswagen menjalin kemitraan baru dengan perusahaan Tiongkok, Xpeng. Kolaborasi ini bertujuan mengembangkan arsitektur listrik dan elektronik (E&E) yang akan mendukung produksi EV Volkswagen di Tiongkok.

Model pertama hasil kolaborasi dengan Xpeng dijadwalkan rilis pada 2026 dan mencakup dua mobil kelas menengah, salah satunya berupa SUV. Meski model ini ditargetkan untuk meningkatkan penjualan Volkswagen di Tiongkok, dengan target mencapai 4 juta unit pada 2030 dari 2,93 juta unit tahun lalu, model tersebut tidak akan dipasarkan di luar Tiongkok.

Sementara itu, di Amerika Serikat, Volkswagen Group berencana meluncurkan model Scout Terra dan Traveler. Namun, kedua kendaraan ini hanya akan dijual langsung ke konsumen tanpa melalui jaringan dealer tradisional Volkswagen, sebagai upaya diversifikasi strategi pemasaran.

Trump Hapus Mandat EV: Langkah Kontroversial Menuju Deregulasi Lingkungan di AS

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menandatangani perintah eksekutif yang bertujuan menghapus kebijakan kendaraan listrik (EV) yang diterapkan pemerintahan sebelumnya di bawah Joe Biden. Trump menyebut kebijakan tersebut sebagai “mandat” yang membatasi pilihan konsumen dan menghambat inovasi ekonomi.

Langkah ini termasuk pelemahan standar emisi kendaraan, yang dinilai dapat berdampak negatif pada lingkungan. Trump juga mendeklarasikan “darurat energi nasional” untuk mengurangi regulasi lingkungan, memberi peluang lebih luas bagi perusahaan untuk meningkatkan produksi dengan polusi yang lebih bebas.

Trump mengarahkan penghentian pendanaan untuk infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik, yang sebelumnya dialokasikan melalui Undang-Undang Pengurangan Inflasi dan Undang-Undang Investasi Infrastruktur dan Pekerjaan. Dana untuk proyek pengisian daya kendaraan listrik seperti Program Formula Infrastruktur Kendaraan Listrik Nasional juga masuk dalam daftar yang dihentikan.

Sebagai gantinya, Trump menginstruksikan lembaga-lembaga pemerintah untuk fokus pada pengembangan energi tradisional, seperti minyak, gas bumi, batu bara, serta bahan bakar nuklir dan mineral penting lainnya, termasuk tanah jarang. Mineral ini memiliki peran strategis dalam pengembangan teknologi, termasuk kendaraan listrik, persenjataan, dan elektronik.

Langkah ini dilakukan bersamaan dengan upaya pelonggaran standar emisi kendaraan yang sebelumnya diperketat oleh pemerintahan Biden. Meski demikian, industri otomotif yang telah menginvestasikan miliaran dolar dalam teknologi kendaraan listrik kemungkinan akan tetap melanjutkan inovasi mereka.

Penjualan mobil listrik di AS terus meningkat. Pada tahun 2024, konsumen membeli sekitar 1,3 juta mobil listrik, naik 7,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Mobil listrik kini menyumbang 8,1 persen dari total penjualan kendaraan di AS.

Namun, keputusan Trump ini menimbulkan kekhawatiran terkait dampaknya terhadap lingkungan. Transportasi menyumbang sekitar 28 persen dari total emisi gas rumah kaca di AS. Emisi karbon dari bahan bakar fosil menjadi salah satu faktor utama yang memperburuk perubahan iklim, yang memicu bencana alam seperti banjir, kebakaran hutan, dan angin topan.

BYD Mengalahkan Toyota di Pasar Kendaraan Listrik Jepang pada 2024!

Penurunan penjualan kendaraan listrik di Jepang ini memberikan gambaran yang cukup signifikan mengenai tantangan yang dihadapi oleh produsen kendaraan, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Meskipun BYD berhasil meraih kesuksesan yang luar biasa dengan kenaikan penjualan yang pesat, situasi ini justru menjadi tantangan bagi Toyota dan produsen Jepang lainnya yang mendominasi pasar otomotif global selama beberapa dekade.

Beberapa faktor yang turut mempengaruhi penurunan penjualan kendaraan listrik di Jepang, menurut Asosiasi Dealer Mobil Jepang, adalah ketatnya persaingan, kurangnya insentif yang menarik untuk kendaraan listrik di dalam negeri, serta kekhawatiran terkait infrastruktur pengisian daya yang belum merata di berbagai wilayah Jepang. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat Jepang yang pada umumnya masih ragu untuk beralih ke kendaraan listrik secara massal.

Namun, meskipun penjualan kendaraan listrik menurun secara keseluruhan, pemerintah Jepang tetap berkomitmen untuk mendorong peralihan menuju mobil ramah lingkungan dengan berbagai kebijakan dan insentif. Pemerintah berencana untuk meningkatkan infrastruktur pengisian daya dan memberikan subsidi lebih banyak bagi konsumen yang membeli kendaraan listrik.

Toyota sendiri berkomitmen untuk memperbaiki kinerja mereka di sektor kendaraan listrik dengan memperkenalkan model-model baru yang lebih efisien dan terjangkau. Selain itu, mereka juga mengembangkan teknologi kendaraan hibrida dan sel bahan bakar hidrogen yang diharapkan dapat mengimbangi dominasi BYD di pasar kendaraan listrik.

Dari sisi konsumen, semakin banyak yang tertarik untuk beralih ke kendaraan listrik berkat semakin berkembangnya kesadaran akan pentingnya pengurangan emisi karbon dan peningkatan efisiensi energi. Kendati demikian, pembelian kendaraan listrik di Jepang tetap memerlukan waktu untuk mencapai titik optimal, di mana permintaan akan kendaraan listrik dapat mengimbangi penurunan penjualan kendaraan konvensional.

Perlombaan menuju kendaraan masa depan masih panjang, dan dengan adanya peningkatan persaingan, baik antara perusahaan-perusahaan Jepang maupun produsen kendaraan listrik global, pasar otomotif Jepang akan terus berkembang dan bertransformasi, menyesuaikan dengan tren global yang semakin mengarah pada keberlanjutan dan efisiensi energi.

Brussels Motor Show 2025: Inovasi dan Tren Otomotif Terbaru, Fokus pada Kendaraan Listrik dan Merek China

Ajang Brussels Motor Show yang ke-101 resmi dibuka pada Jumat (10/1) dan akan berlangsung hingga 19 Januari di Brussels Expo. Pameran otomotif ini menawarkan kesempatan bagi para penggemar mobil untuk menjelajahi inovasi terbaru dan tren terkini di industri otomotif. Fokus utama pameran tahun ini adalah keberagaman jenis mesin dan upaya untuk meningkatkan aksesibilitas kendaraan listrik (EV). Pameran kali ini mencatatkan rekor dengan diikutinya oleh 63 merek mobil yang mencakup 90 persen pasar otomotif Belgia.

Berbagai merek mobil asal China menjadi sorotan utama di acara ini, di antaranya Leapmotor, Maxus, BAIC, BYD, Hongqi, Xpeng, dan Omoda. Pameran ini memperkenalkan sejumlah produk baru, termasuk tujuh produk yang hadir perdana di dunia, 14 produk perdana di Eropa, dan 63 produk pertama di Belgia. Hal ini memberikan pilihan lebih banyak bagi konsumen Eropa, terutama yang tertarik pada kendaraan listrik dan hybrid.

Chery Automobile, produsen mobil asal China, menampilkan model Omoda-5 dan Jaecoo-7 yang pertama kali diperkenalkan di pasar Eropa, menegaskan komitmennya terhadap perkembangan pasar Eropa. Sementara itu, distributor Belgia, Hedin Automotive, memperkenalkan merek Hongqi dan Xpeng pada pameran ini untuk pertama kalinya. Xpeng menghadirkan model G6, G9, dan P7+, serta kendaraan konsep Voyager X2 yang menggabungkan teknologi listrik dengan kemampuan lepas landas dan mendarat secara vertikal, yang sering disebut “mobil terbang.”

Philip Eeckels, manajer implementasi merek-merek baru di Hedin Automotive, mengungkapkan bahwa meskipun pasar Belgia cenderung konservatif, mereka tetap yakin bahwa merek-merek asal China memiliki potensi besar di pasar Eropa.

XPeng Resmi Masuki Pasar Indonesia: Komitmen Tingkatkan Ekosistem Kendaraan Listrik

Produsen otomotif asal Tiongkok, XPeng, kini secara resmi mengumumkan rencananya untuk memasuki pasar Indonesia. Menurut Djohan Sutanto, CEO Erajaya Active Lifestyle, XPeng telah lama melihat Indonesia sebagai pasar strategis dengan potensi pertumbuhan signifikan di industri kendaraan listrik (EV). Besarnya jumlah penduduk Indonesia dan rendahnya rasio kepemilikan kendaraan menjadi daya tarik tersendiri bagi produsen kendaraan listrik ini.

Selain itu, dukungan pemerintah dalam membangun ekosistem kendaraan listrik menjadi salah satu faktor penting yang mendorong XPeng untuk masuk ke pasar Indonesia. Dengan target ambisius mencapai dua juta unit kendaraan listrik pada tahun 2030, XPeng yakin dapat memberikan kontribusi besar bagi perkembangan industri EV di tanah air.

XPeng juga berencana untuk merakit kendaraan mereka secara lokal di Indonesia sebagai bagian dari komitmen jangka panjang mereka. Langkah ini bertujuan tidak hanya untuk memperluas pasar, tetapi juga untuk mendukung pengembangan industri otomotif dalam negeri.

Pada tahap awal, XPeng akan memperkenalkan dua model unggulan mereka, yakni medium SUV G6 dan MPV premium 7-seater X9. Kendaraan ini dirancang dengan teknologi terkini yang diharapkan mampu menarik minat konsumen kendaraan listrik di Indonesia.

Ekspansi ke Indonesia merupakan bagian dari strategi besar XPeng untuk memperluas kehadirannya di Asia Tenggara sekaligus memperkuat posisinya sebagai pemain global terkemuka di sektor kendaraan listrik. Dengan inovasi canggih dan teknologi mutakhir, XPeng optimis dapat memberikan pengalaman berkendara yang lebih baik dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap kendaraan listrik.