BYD Pecahkan Rekor! Penjualan Kendaraan Listrik Melonjak Drastis di Awal 2025

Produsen otomotif asal China, Build Your Dreams (BYD), mencatatkan pencapaian luar biasa pada Januari 2025 dengan total penjualan 300.538 unit kendaraan listrik. Angka ini menunjukkan lonjakan sebesar 47,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Menurut laporan CarNewsChina pada Minggu (2/2), BYD berhasil menjual 125.377 unit kendaraan listrik berbasis baterai (BEV), meningkat 19,1 persen dari Januari 2024 untuk segmen kendaraan penumpang. Sementara itu, kendaraan plug-in hybrid (PHEV) mengalami lonjakan signifikan dengan total penjualan 171.069 unit, naik 78,7 persen dari tahun sebelumnya, mengukuhkan posisi BYD sebagai pemimpin di pasar otomotif China.

Di sektor kendaraan komersial, perusahaan yang berbasis di Shenzhen, Guangdong, ini berhasil menjual 4.092 unit. Sementara dari sisi produksi, BYD mencatatkan output sebanyak 327.864 unit kendaraan pada Januari 2025, meningkat 49,1 persen dari tahun lalu. Perusahaan juga memasang kapasitas baterai sebesar 15.511 GWh untuk kendaraan listriknya.

Tak hanya di pasar domestik, ekspor kendaraan BYD juga mencetak rekor baru dengan pengiriman sebanyak 66.336 unit, melonjak 83,3 persen dari tahun sebelumnya.

Penjualan dari lini kendaraan BYD yang meliputi Denza, Fang Cheng Bao, dan Yangwang juga menunjukkan performa positif. Merek premium Yangwang berhasil menjual 286 unit kendaraan, yang mencakup SUV U8 dengan fitur water floating dan supercar U9 yang memiliki teknologi dancing mode. Sementara itu, Fang Cheng Bao mencatatkan penjualan 6.219 unit, naik 19,5 persen dibandingkan tahun lalu. Denza, yang sebelumnya merupakan perusahaan patungan dengan Mercedes-Benz, membukukan penjualan 11.720 unit, meningkat 29,2 persen.

Dengan pencapaian ini, BYD terus memperkuat posisinya sebagai pemimpin dalam industri kendaraan listrik global.

Toyota Pertahankan Takhta Produsen Mobil Terlaris 2024, BYD Lampaui Honda, Nissan, dan Suzuki!

Toyota Motor Corp. berhasil mempertahankan posisinya sebagai produsen mobil dengan penjualan tertinggi di dunia untuk tahun kelima berturut-turut pada 2024. Meskipun mengalami penurunan sebesar 3,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya, grup Toyota—yang mencakup Daihatsu Motor Co. dan Hino Motors Ltd.—tetap mencatat total penjualan global mencapai 10,82 juta unit.

Keberhasilan Toyota sebagian besar didukung oleh permintaan tinggi terhadap kendaraan hibrida. Di sisi lain, pesaing terdekatnya, Volkswagen AG dari Jerman, mencatat penjualan sebesar 9,03 juta unit, sementara Hyundai Motor Group dari Korea Selatan, termasuk Kia Corp., berhasil menjual sekitar 7,23 juta unit.

Sementara itu, produsen mobil listrik asal China, BYD Co., mencatat pertumbuhan signifikan dengan penjualan 4,27 juta unit, meningkat 41,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Capaian ini membuat BYD berhasil melampaui Honda (3,81 juta unit), Nissan (3,35 juta unit), dan Suzuki (3,25 juta unit), menandai dominasinya di pasar kendaraan listrik dengan harga terjangkau.

Meskipun masih memimpin, Toyota menghadapi tantangan, termasuk skandal sertifikasi di Jepang yang menyebabkan penghentian produksi beberapa model dan berkontribusi pada penurunan 1,4 persen dalam penjualannya menjadi 10,16 juta unit. Di pasar domestik Jepang, penjualan anjlok 13,8 persen menjadi 1,44 juta unit.

Berdasarkan wilayah, Toyota mengalami pertumbuhan di Amerika Utara (naik 4,3 persen menjadi 2,73 juta unit) dan Eropa (naik 3,6 persen menjadi 1,17 juta unit), berkat tingginya permintaan untuk model seperti RAV4 dan C-HR. Sebaliknya, di China, Toyota mengalami penurunan 6,9 persen menjadi 1,78 juta unit akibat persaingan harga yang semakin ketat.

Keberhasilan Toyota dalam mempertahankan posisinya di pasar global tidak lepas dari lonjakan penjualan kendaraan hibrida, yang meningkat 21,1 persen menjadi 4,14 juta unit. Sementara itu, meskipun tren kendaraan listrik murni (EV) mulai meredup secara global, Toyota masih mencatat pertumbuhan 34,5 persen dalam penjualan EV, dengan total 139.892 unit terjual.

Di sisi produksi, grup Toyota mengalami penurunan 7,8 persen menjadi 10,62 juta unit, dengan produksi Toyota sendiri turun 5,1 persen menjadi 9,52 juta unit. Beberapa model populer seperti Yaris Cross terpaksa dihentikan produksinya akibat ketidakpatuhan terhadap standar pengujian kendaraan yang ditetapkan pemerintah.

Secara keseluruhan, delapan produsen mobil utama Jepang mencatat penurunan total penjualan global sebesar 1,1 persen menjadi 24,53 juta unit pada 2024, sementara produksi mereka turun 6,6 persen menjadi 24,10 juta unit.

Ekspor Kendaraan Elektrifikasi Toyota Indonesia 2024 Naik 111%, Kijang Innova Zenix dan Yaris Cross Jadi Andalan

Toyota Indonesia mencatatkan lonjakan ekspor kendaraan elektrifikasi buatan dalam negeri sepanjang tahun 2024, dengan kenaikan hingga 111%, mencapai 18.553 unit, dari sebelumnya 8.792 unit pada 2023. Peningkatan ini didorong oleh permintaan global terhadap dua model kendaraan elektrifikasi, yakni Kijang Innova Zenix Hybrid Electric Vehicle (HEV) dan Yaris Cross HEV, yang masing-masing terjual sebanyak 11.790 unit dan 6.763 unit.

Kedua model ini diproduksi di Pabrik Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Karawang Plant 1 dan diekspor ke berbagai negara di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah. Bob Azam, Wakil Presiden Direktur PT TMMIN, menekankan bahwa minat konsumen terhadap kendaraan elektrifikasi mencerminkan perhatian terhadap isu perubahan iklim dan perlindungan lingkungan.

Selain itu, Bob Azam juga mengungkapkan bahwa sektor otomotif Indonesia harus menjadi garda depan dalam pengembangan ekosistem kendaraan elektrifikasi untuk memenuhi permintaan global, terutama di era transisi energi. Toyota Indonesia mengimplementasikan strategi multi-jalur guna menjawab beragam kebutuhan teknologi kendaraan dan mendukung pertumbuhan industri otomotif nasional.

Berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), Toyota Indonesia mengekspor 276.089 unit kendaraan T-brand sepanjang 2024, meskipun ada penurunan sebesar 5% dibandingkan dengan ekspor 290.772 unit pada tahun 2023. Sejak 2019, Toyota Indonesia secara konsisten menyumbang sekitar 61% dari total ekspor kendaraan utuh (Completely Built Up/CBU) dari Indonesia.

Toyota Indonesia kini mengirimkan kendaraan ke lebih dari 80 negara dan selain kendaraan utuh, juga mengekspor kendaraan dalam bentuk terurai (Completely Knock Down/CKD), mesin, komponen, serta alat pendukung produksi. Presiden Direktur PT TMMIN, Nandi Julyanto, menyebutkan bahwa pencapaian ini berkat kerja sama erat dengan seluruh rantai pasok dan Industri Kecil dan Menengah (IKM), serta komitmen untuk menjaga Indonesia sebagai basis produksi global.

Toyota Indonesia juga mendukung target pemerintah untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060, melalui pengembangan berbagai jenis kendaraan elektrifikasi, seperti Battery Electric Vehicle (BEV), Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV), Hybrid Electric Vehicle (HEV), serta kendaraan dengan mesin pembakaran internal (ICE) yang ramah lingkungan.

Nandi menambahkan, selain kendaraan elektrifikasi, model Veloz dan Fortuner juga berkontribusi signifikan terhadap angka ekspor Toyota Indonesia, dengan total 110.714 unit kendaraan dalam setahun. Toyota Indonesia berkomitmen untuk terus meningkatkan daya saing produk dan kompetensi SDM domestik, serta memperluas jangkauan ekspor ke negara-negara non-tradisional. Perusahaan ini juga berfokus pada pengembangan kendaraan konversi dan aksesoris untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Toyota Indonesia menargetkan untuk mempertahankan kinerja ekspor yang sama pada tahun 2025 sambil terus mengoptimalkan potensi pasar dan memperluas jangkauan ekspor kendaraan T-brand.

Chery Dorong Transisi Kendaraan Ramah Lingkungan Lewat Program Subsidi Rp30 Miliar

Chery, produsen otomotif terkemuka asal China, telah menginvestasikan dana sebesar Rp30 miliar untuk mendukung program “Go Green Fund” hingga akhir 2024. Inisiatif ini bertujuan untuk memberikan subsidi bagi konsumen yang ingin menukarkan mobil berbahan bakar fosil mereka dengan kendaraan listrik Chery, yakni Omoda E5.

Rifkie Setiawan, Head of Brand Department PT Chery Sales Indonesia, menyatakan bahwa peluncuran Omoda E5, yang didukung oleh program “Go Green Fund,” telah memberikan dampak nyata dalam upaya pengurangan emisi karbon.

Selama periode Oktober hingga Desember 2024, program tukar tambah ini berhasil mengganti 617 unit mobil berbahan bakar fosil dengan kendaraan listrik Omoda E5. Jumlah ini mewakili sekitar sepertiga dari total kuota insentif yang dialokasikan Chery, yaitu Rp100 miliar untuk 2.000 unit kendaraan.

Untuk tahun ini, Chery memastikan kelanjutan program dengan sisa dana sebesar Rp70 miliar. Langkah ini diambil guna mengakomodasi tingginya antusiasme masyarakat dalam beralih ke kendaraan ramah lingkungan.

Melalui program ini, Chery menawarkan subsidi sebesar Rp50 juta untuk setiap unit mobil yang ditukar dengan Omoda E5. Tidak ada batasan jenis atau usia mobil yang dapat diikutsertakan dalam skema ini, sehingga memberikan fleksibilitas bagi konsumen.

Selain subsidi, Chery juga menyediakan berbagai paket keuntungan tambahan untuk Omoda E5, termasuk garansi baterai selama delapan tahun, garansi kendaraan hingga enam tahun, serta pembebasan biaya jasa dan suku cadang selama lima tahun. Konsumen juga akan mendapatkan layanan bantuan darurat gratis selama satu tahun serta perangkat pengisian daya lengkap tanpa biaya tambahan.

Volkswagen Siapkan Langkah Strategis Hadirkan Kendaraan Hibrida Plug-in ke Pasar Amerika Serikat

Volkswagen (VW) berencana untuk memperluas portofolio kendaraan mereka di pasar Amerika Serikat dengan menghadirkan model kendaraan hibrida plug-in (PHEV). Menurut laporan Car and Driver pada Sabtu (25/1), hingga saat ini dealer VW di Amerika Serikat hanya menawarkan kendaraan berbahan bakar bensin atau kendaraan listrik murni, tanpa opsi model hibrida.

Namun, dalam Forum Ekonomi Dunia di Swiss, Chief Financial Officer VW, Arno Antlitz, menyampaikan bahwa perusahaan tengah mempersiapkan strategi untuk membawa model PHEV ke pasar Amerika Serikat. Langkah ini menjadi bagian dari upaya VW untuk menggandakan pangsa pasar mereka di Amerika Serikat pada tahun 2030.

Saat ini, VW memegang empat persen pangsa pasar kendaraan di Amerika Serikat. Meski demikian, produsen otomotif asal Jerman ini menghadapi berbagai tantangan pada tahun lalu, termasuk pemangkasan biaya yang nyaris menutup pabrik di Jerman. Selain itu, penjualan kendaraan listrik VW juga terkendala, dengan minat konsumen yang masih rendah terhadap produk tersebut.

Sebagai solusi, VW melihat model PHEV sebagai jembatan yang dapat mengatasi kesenjangan antara kendaraan bensin dan kendaraan listrik, sekaligus mendorong peningkatan penjualan di pasar Amerika Serikat.

Meski rincian model PHEV yang akan diperkenalkan belum diungkapkan, Tiguan—model SUV populer VW di pasar Amerika Serikat—diprediksi menjadi kandidat utama yang akan hadir dalam varian PHEV. Selain itu, Atlas, SUV besar yang diproduksi di pabrik Chattanooga, Tennessee, juga berpotensi dihadirkan dalam versi hibrida.

Pada November 2024, CEO VW Thomas Schäfer mengungkapkan rencana perusahaan untuk meluncurkan varian hibrida dari Tiguan dan Atlas di kawasan Amerika Utara. Namun, masih belum jelas apakah model tersebut adalah hibrida konvensional atau hibrida plug-in.

Trump Hapus Mandat EV: Langkah Kontroversial Menuju Deregulasi Lingkungan di AS

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menandatangani perintah eksekutif yang bertujuan menghapus kebijakan kendaraan listrik (EV) yang diterapkan pemerintahan sebelumnya di bawah Joe Biden. Trump menyebut kebijakan tersebut sebagai “mandat” yang membatasi pilihan konsumen dan menghambat inovasi ekonomi.

Langkah ini termasuk pelemahan standar emisi kendaraan, yang dinilai dapat berdampak negatif pada lingkungan. Trump juga mendeklarasikan “darurat energi nasional” untuk mengurangi regulasi lingkungan, memberi peluang lebih luas bagi perusahaan untuk meningkatkan produksi dengan polusi yang lebih bebas.

Trump mengarahkan penghentian pendanaan untuk infrastruktur pengisian daya kendaraan listrik, yang sebelumnya dialokasikan melalui Undang-Undang Pengurangan Inflasi dan Undang-Undang Investasi Infrastruktur dan Pekerjaan. Dana untuk proyek pengisian daya kendaraan listrik seperti Program Formula Infrastruktur Kendaraan Listrik Nasional juga masuk dalam daftar yang dihentikan.

Sebagai gantinya, Trump menginstruksikan lembaga-lembaga pemerintah untuk fokus pada pengembangan energi tradisional, seperti minyak, gas bumi, batu bara, serta bahan bakar nuklir dan mineral penting lainnya, termasuk tanah jarang. Mineral ini memiliki peran strategis dalam pengembangan teknologi, termasuk kendaraan listrik, persenjataan, dan elektronik.

Langkah ini dilakukan bersamaan dengan upaya pelonggaran standar emisi kendaraan yang sebelumnya diperketat oleh pemerintahan Biden. Meski demikian, industri otomotif yang telah menginvestasikan miliaran dolar dalam teknologi kendaraan listrik kemungkinan akan tetap melanjutkan inovasi mereka.

Penjualan mobil listrik di AS terus meningkat. Pada tahun 2024, konsumen membeli sekitar 1,3 juta mobil listrik, naik 7,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Mobil listrik kini menyumbang 8,1 persen dari total penjualan kendaraan di AS.

Namun, keputusan Trump ini menimbulkan kekhawatiran terkait dampaknya terhadap lingkungan. Transportasi menyumbang sekitar 28 persen dari total emisi gas rumah kaca di AS. Emisi karbon dari bahan bakar fosil menjadi salah satu faktor utama yang memperburuk perubahan iklim, yang memicu bencana alam seperti banjir, kebakaran hutan, dan angin topan.

BYD Mengalahkan Toyota di Pasar Kendaraan Listrik Jepang pada 2024!

Penurunan penjualan kendaraan listrik di Jepang ini memberikan gambaran yang cukup signifikan mengenai tantangan yang dihadapi oleh produsen kendaraan, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Meskipun BYD berhasil meraih kesuksesan yang luar biasa dengan kenaikan penjualan yang pesat, situasi ini justru menjadi tantangan bagi Toyota dan produsen Jepang lainnya yang mendominasi pasar otomotif global selama beberapa dekade.

Beberapa faktor yang turut mempengaruhi penurunan penjualan kendaraan listrik di Jepang, menurut Asosiasi Dealer Mobil Jepang, adalah ketatnya persaingan, kurangnya insentif yang menarik untuk kendaraan listrik di dalam negeri, serta kekhawatiran terkait infrastruktur pengisian daya yang belum merata di berbagai wilayah Jepang. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat Jepang yang pada umumnya masih ragu untuk beralih ke kendaraan listrik secara massal.

Namun, meskipun penjualan kendaraan listrik menurun secara keseluruhan, pemerintah Jepang tetap berkomitmen untuk mendorong peralihan menuju mobil ramah lingkungan dengan berbagai kebijakan dan insentif. Pemerintah berencana untuk meningkatkan infrastruktur pengisian daya dan memberikan subsidi lebih banyak bagi konsumen yang membeli kendaraan listrik.

Toyota sendiri berkomitmen untuk memperbaiki kinerja mereka di sektor kendaraan listrik dengan memperkenalkan model-model baru yang lebih efisien dan terjangkau. Selain itu, mereka juga mengembangkan teknologi kendaraan hibrida dan sel bahan bakar hidrogen yang diharapkan dapat mengimbangi dominasi BYD di pasar kendaraan listrik.

Dari sisi konsumen, semakin banyak yang tertarik untuk beralih ke kendaraan listrik berkat semakin berkembangnya kesadaran akan pentingnya pengurangan emisi karbon dan peningkatan efisiensi energi. Kendati demikian, pembelian kendaraan listrik di Jepang tetap memerlukan waktu untuk mencapai titik optimal, di mana permintaan akan kendaraan listrik dapat mengimbangi penurunan penjualan kendaraan konvensional.

Perlombaan menuju kendaraan masa depan masih panjang, dan dengan adanya peningkatan persaingan, baik antara perusahaan-perusahaan Jepang maupun produsen kendaraan listrik global, pasar otomotif Jepang akan terus berkembang dan bertransformasi, menyesuaikan dengan tren global yang semakin mengarah pada keberlanjutan dan efisiensi energi.

XPeng Resmi Masuki Pasar Indonesia: Komitmen Tingkatkan Ekosistem Kendaraan Listrik

Produsen otomotif asal Tiongkok, XPeng, kini secara resmi mengumumkan rencananya untuk memasuki pasar Indonesia. Menurut Djohan Sutanto, CEO Erajaya Active Lifestyle, XPeng telah lama melihat Indonesia sebagai pasar strategis dengan potensi pertumbuhan signifikan di industri kendaraan listrik (EV). Besarnya jumlah penduduk Indonesia dan rendahnya rasio kepemilikan kendaraan menjadi daya tarik tersendiri bagi produsen kendaraan listrik ini.

Selain itu, dukungan pemerintah dalam membangun ekosistem kendaraan listrik menjadi salah satu faktor penting yang mendorong XPeng untuk masuk ke pasar Indonesia. Dengan target ambisius mencapai dua juta unit kendaraan listrik pada tahun 2030, XPeng yakin dapat memberikan kontribusi besar bagi perkembangan industri EV di tanah air.

XPeng juga berencana untuk merakit kendaraan mereka secara lokal di Indonesia sebagai bagian dari komitmen jangka panjang mereka. Langkah ini bertujuan tidak hanya untuk memperluas pasar, tetapi juga untuk mendukung pengembangan industri otomotif dalam negeri.

Pada tahap awal, XPeng akan memperkenalkan dua model unggulan mereka, yakni medium SUV G6 dan MPV premium 7-seater X9. Kendaraan ini dirancang dengan teknologi terkini yang diharapkan mampu menarik minat konsumen kendaraan listrik di Indonesia.

Ekspansi ke Indonesia merupakan bagian dari strategi besar XPeng untuk memperluas kehadirannya di Asia Tenggara sekaligus memperkuat posisinya sebagai pemain global terkemuka di sektor kendaraan listrik. Dengan inovasi canggih dan teknologi mutakhir, XPeng optimis dapat memberikan pengalaman berkendara yang lebih baik dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap kendaraan listrik.

Toyota Pertimbangkan Nama Baru untuk bZ4X

Nama mobil listrik Toyota, bZ4X, dinilai terdengar asing dan sulit diucapkan oleh sebagian konsumen. Menyadari hal ini, Toyota dilaporkan tengah mempertimbangkan rencana untuk mengganti nama model tersebut. Informasi ini disampaikan oleh Direktur Regional Toyota Kanada pada Selasa (24/12/2024).

Namun, rencana penggantian nama ini kemungkinan baru akan direalisasikan pada 2026. Untuk model tahun 2025, Toyota telah mengonfirmasi bahwa nama bZ4X tetap dipertahankan.

Nama bZ4X sendiri memiliki makna khusus. “bZ” merupakan singkatan dari “Beyond Zero,” mencerminkan komitmen Toyota terhadap mobilitas tanpa emisi. Angka “4” mewakili ukuran mobil, sementara huruf “X” menunjukkan bahwa model ini merupakan crossover. Meski penamaan dengan angka cukup umum di industri otomotif, Subaru—yang memiliki model kembar dengan bZ4X—memilih nama yang lebih sederhana dan mudah diingat, yakni “Soltera.”

Toyota belum memberikan kejelasan apakah perubahan nama ini akan dilakukan secara global atau hanya di wilayah tertentu. Di pasar Amerika Serikat, misalnya, Toyota cenderung menggunakan nama tanpa angka, kecuali untuk model seperti RAV4.

Di Indonesia, bZ4X juga dipasarkan oleh PT Toyota Astra Motor (TAM) dengan harga mulai Rp 1,19 miliar (on the road Jakarta). Namun, respons pasar terhadap mobil listrik ini belum sesuai ekspektasi. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales bZ4X sepanjang Januari hingga November 2024 hanya mencapai 27 unit.

Performa penjualan yang kurang memuaskan ini menjadi salah satu alasan Toyota mempertimbangkan perubahan nama. Dengan nama yang lebih sederhana dan mudah diingat, Toyota berharap dapat meningkatkan daya tarik bZ4X, baik di pasar global maupun regional. Rencana ini juga sejalan dengan upaya Toyota memperkuat posisi di segmen kendaraan listrik yang semakin kompetitif.

Peluang Baru Toyota Indonesia: Efek Positif Insentif Pajak Vietnam pada Ekspor Mobil

Penurunan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk berbagai barang di Vietnam, termasuk mobil, memberikan dampak positif bagi Toyota Indonesia. Kebijakan tersebut mendorong peningkatan ekspor mobil rakitan Toyota dari Indonesia ke Vietnam.

Bob Azam, Vice President Director PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), mengungkapkan bahwa volume ekspor mobil Indonesia secara keseluruhan pada periode Januari-November 2024 relatif stagnan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Namun, ekspor mobil Toyota buatan Indonesia justru tumbuh sekitar 20 persen secara tahunan. Bob menilai kebijakan insentif PPN dari pemerintah Vietnam menjadi salah satu faktor kunci peningkatan ini.

Sejak 1 Juli 2023, pemerintah Vietnam menurunkan PPN dari 10 persen menjadi 8 persen untuk merangsang konsumsi domestik dan daya beli masyarakat. Insentif ini diperpanjang hingga akhir 2024, yang berkontribusi pada naiknya ekspor mobil dari Indonesia ke negara tersebut.

Berdasarkan data Gaikindo, total ekspor mobil utuh (completely built up/CBU) dari Indonesia pada 11 bulan pertama tahun 2024 mencapai 428.597 unit, turun 8,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang mencapai 468.685 unit. Namun, ekspor CBU Toyota berhasil menyumbang sekitar 250 ribu unit dalam periode tersebut, termasuk 16 ribu unit kendaraan elektrifikasi seperti Toyota Kijang Innova Zenix hybrid dan Toyota Yaris Cross hybrid.

Menurut Nandi Julyanto, President Director TMMIN, mobil-mobil Toyota yang diekspor dari Indonesia tersebar ke sekitar 80 negara, termasuk wilayah Asia Tenggara, Asia, Timur Tengah, dan Amerika Latin. Untuk meningkatkan volume ekspor dan memperluas negara tujuan, Toyota melakukan promosi melalui berbagai pameran internasional dan bekerja sama dengan kedutaan besar Indonesia di berbagai negara.

Contohnya, Toyota memanfaatkan pameran dagang di Peru pada September 2024 untuk memperkenalkan produknya. Selain itu, Toyota juga berkolaborasi dengan kementerian terkait untuk membuka peluang perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan negara-negara seperti Meksiko. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing biaya ekspor produk Toyota.

Nandi berharap inisiatif ini dapat mendorong pertumbuhan ekspor Toyota dari Indonesia ke lebih banyak negara dan dengan volume yang lebih besar di masa mendatang.